Cerpen Cermin Pengingat Waktu
Cerpen Cermin Pengingat Waktu
Oleh: Halley Kawistoro
Rumah itu terbuat dari kayu yang mulai
reot dimakan rayap. Bentuknya panggung dengan anak tangga tersusun tujuh. Derit
suara paku ketika anak tangga itu dipijak. Hiduplah sebuah keluarga disana.
Seorang kepala keluarga dengan istri soleha yang memberi tiga anak kepadanya.
Konon pria yang bernama IMAM itu
seorang jawara, ahli kanuragan dan memiliki ilmu kebatinan tinggi. Setiap waktu
rumah itu dikunjungi oleh tamu yang ingin meminta tolong. Peci hitam yang ia
kenakan dan sabuk jawara menjadi penanda bahwa imam ingin di hargai. Tidak
hanya imam, istrinya yang bernama Sahara juga sering dikunjungi oleh ibu-ibu
sekitar yang memiliki anak kecil. Ibu-ibu itu meyakini sahara memiliki kemampuan
untuk mengusir makhluk halus yang mengganggu anak kecil dan bayi.
Pasangan ini memang taat agama. Tindak
tanduk mereka menjadi teladan bagi warga sekitar. Semua warga juga tahu bahwa
pak Imam memiliki tanah berhektar yang ditanami karet dan sawit. Saat ini pak
imam menerima pundi-pundi uang berjuta setiap harinya. Setiap pagi pak imam
pergi menuju melihat kebun yang ia miliki. Di akhir minggu ia pergi ke panti
asuhan, panti jompo, atau lembaga bantuan. Untuk mendermakan uang yang ia
dapat.
Kehidupannya sederhana. Sambal teri,
tahu, tempe dan lalapan daun ubi yang dia petik sendiri di tanah belakang
rumahnya menjadi menu sehari-hari. Kebiasaan pak imam sehari-hari setelah
beraktivitas adalah duduk di kursi goyang yang terbuat dari rotan sambil
menikmati ubi rebus dan segelas kopi hitam.
Di ruang tamunya setelah sholat dzuhur
ia memandang sebuah Cermin yang terpasang kokoh di hadapannya. Letaknya memang
sedikit kebawah. Bayangann pak imam muncul ketika kursi yang ia goyangkan
mencapai ke atas.
Air mata pak imam seringkali menetes
tanpa terbendung karena memandang cermin tersebut. Cermin yang dibingkai kayu
jati ini memang kokoh. Cermin itu juga sudah memiliki tiga buah tanda. Tanda
itu merupakan tanda yang dibuat pak imam ketika emosinya memuncak. Sebuat tiga
buah retakan yang memecah di cermin.
Retakan pertama pak imam buat saat ia
menyesal telah meninggalkan ibadah di masa muda. Imam muda terkenal sebagai
seorang Preman yang disegani. Minuman keras menjadi sahabatnya setiap hari.
“Hayo...siapa yang berani sama aku.
Imam. Kalau berani maka kupecahkan kepa>la kalian nanti”
Ucap imam yang sedikit sempoyongan
akibat minuman keras.
Pernah suatu hari ia bersitegang
dengan aparat penegak hukum akibat perjudian.
“ hei imam kamu jangan sok hebat, apa
kamu mau menerima timah panas ini” ucap lawan yang berseragam itu.
“ hei silahkan kau lesatkan senjata mu
itu. selangkah pun aku tak akan mundur” jawab Imam.
Sekejap letusan senjata pun terdengar.
Dahi imam sedikit mengeluarkan dara.h. namun imam tetap berdiri kokoh. Imam pun
hendak mengejar lawannya yang lari terbirit-birit. Melihat imam yang marahnya
memuncak. Kejadian itu menisbahkan imam menjadi seorang yang disegani karena
nekat dan beraninya yang luar biasa.
Peristiwa itu pun melatarbelakangi
kepulangan ayahnya. Ayah imam tiada akibat mendengar perseteruan tersebut
akibat serangan jantung. Imam sedih dan memukul cermin di rumah orang tuanya
dan meninggalkan satu tanda.
Imam lantas mendekatkan diri dengan
yang maha kuasa. Setiap subuh kumandang adzan nya terdengar. Lirih, serak dan
merdu suara imam mengumandangkan adzan. Rambutnya tak lagi gondrong.
Perlahan-lahan tindik di telinganya mulai tertutup. Putih menghiasi dirinya
setelah pakaian hitam yang selalu ia kenakan.
-----------------
Semenjak perubahan itu salah satu
makmum wanita yaitu sahara putri dari seorang penceramah agama jatuh hati
kepada imam. Mereka pun melangsungkan pernikahan.
Kenangan itu sedikit menghentikan
ayunan kursi goyang pak imam. Lamunan nya semakin dalam. Mengenang tanda di
cermin itu. sesekali ia mengusap pipinya dengan sapu tangannya sebab air mata
yang menetes.
“mas gak istirahat siang” tanya ibu
sahara kepada pak imam yang dalam lamunan.
“oh kamu ya dik. Kamu aja yang
istirahat.” Jawab pak imam sambil tersenyum.
Ibu sahara pun masuk kamar untuk
beristirahat siang.
Kursi goyang itu perlahan bergoyang.
Lamunan pak imam kembali dalam.
Ia mengingat tanda kedua pada cermin
tersebut. Dalam rumah tangga tentu ada masa renggang antara pasangan. Saat itu,
ketika anak pak imam berjumlah dua dan ibu sahara lagi mengandung anak ketiga.
Pak imam silap dengan gemerlap dunia. Pekerjaan nya yang dipakai sebagai
pengawal dan jasa keamanan pribadi. Menyebabkan pak imam sering berkumpul sama
cukong dan bos-bos besar.
Suatu waktu, pak imam pulang dan bau
badannya terasa harum. Ada tanda merah di lehernya. Sesampai di rumah ibu
sahara pun langsung menanyakan hal tersebut. Pak imam marah dan melayangkan
sebuah tampa>ran ke wajah ibu sahara. Istrinya menangis mendapat perlakuan
tak terduga sepeluh tahun berlalu pak imam tidak pernah mengeluarkan kata-kata
kasar. Ini malah pukulan yang ibu sahara dapatkan. Istrinya menangis sambil
memegang perutnya yang lagi mengandung dengan umur kandungan 8 bulan.
Pak imam terduduk meyesal dan ia
berdiri menuju cermin. Ia pandangi dirinya. Dengan teriakan ia memberikan tanda
berupa pukulan ke cermin tersebut.
Peristiwa tersebut menambah tanda di
cermin yang selalu dipandang pak Imam ketika istirahat.
Rambut pak imam yang telah banyaj
memutih menandakan ia tak muda lagi. Ia tahu ajalnya kian dekat. Di ambil nya
gelas kopi itu lalu diseruputnya. Ia berdiri menuju cermin peneman
istirrahatnya. Cermin itu diambil dan dibawa menuju kursi goyangnya.
Tatapan nya semakin dalam mengenang
tanda ketiga dalam cermin itu. ia pun teringat dengan ketiga buah hati nya yang
dewasa. Semuanya laki-laki. Senyumnya lebar dalam sepi. Anak-anak nya hanya
datang berkumpul hanya ketika lebaran tiba. Sesekali salah seorang anaknya
bergantian menelepon di akhir pekan.
Tanda ketiga yang dibuatnya merupakan
kilas balik ia mengenal sang pencipta. Saat itu usianya 40 tahun. Selepas
pulang dari acara peringatan keagamaan maulid nabi Muhammad SAW ia tersadar dan
hijrah.
Ia pulang ke rumah menatap cermin
memukul pelan cermin dengan tinjunya. Tanda ketiga itu pun terbentuk. Setiap tanda
yang ia buat adalah dampak dari cincin yang dipakainya. Cincin itu memang
pemberian kakeknya. Cincin itu yang dianggap memberikan dampak kehebatan
kanuragan dan rasa berani yang tinggi. Dilepasnya cincin itu, lalu ia menuju
kebelakang ia lemparkan cincinnya dan mengambil wudhu untuk melakukan sholat
sunah dua rakaat dan menyerahkan diri kembali ke jalan Sang Pencipta.
Tangan pak imam semakin erat menatap
cermin tersebut. Kembali senyumannya terkembang karena berhasil mendidik para
ksatrianya. Anak pertamanya berprofesi sebagai seorang polisi yang jujur. Anak keduanya
dipercaya menjadi hakim yang adil, dan anak ketiga nya menjadi guru yang
berbudi.
Seperti tanda yang ia buat dengan
retakan dicermin itu. seperti itu juga keberhasilan yang pak imam lakukan
sebagai kepala keluarga. Air mata pak imam menetes di retakan cermin tersebut. Nafasnya
mulai sengal. ia ucapkan dua kalimat syahadat dengan lirih, Ia pun terduduk
menunduk dan kursi goyangnya berhenti bergerak.
SEKIAN
Semoga
Bacaan diatas dapat menghibur, memberi inspirasi dan memeotivasi rekan-rekan
sekalian. Sampai jumpa di bacaan lainnya.
Adapun
bacaan yang bisa anda semua baca antara lain
sebagai berikut:
Hormat
saya,
PENULIS
Post a Comment for "Cerpen Cermin Pengingat Waktu"
Berkomentarlah Sesuai dengan Artikel di atas. Jangan berkomentar yang mengandung SPAM, SARA, dan Pornografi.