Puisi Bumi Menua
Puisi Bumi Menua
Oleh : Halley Kawistoro
Tanah ini kian bergetar sejajar dengan
aliran nadi yang berdetak
Melaju kencang tanpa sapa sesama
Ombak pun ingin menyapu tanah
Angin berputar acak memilah lemah
Jadikan kami manusia yang sadar
Memberi kabar tentang renta dan luka
Di tanah tertumpah merah
Karena daging saudara termakan kawan
Bumiku dipijak meretak
Bumiku dijunjung terpentung
Bumiku merunduk batuk
Rebah dan binasa seketika karena
fitnah
Hanya segelintir kaum yang merasa
engkau menua
Hanya sebagian pikir yang ikut andil
Untuk menjaga engkau sampai akhir
Ditanah lapang ini tenggelamkanlah
sampai putih
Atas semua belang kehidupan.
Puisi diatas sebuah pesan dan ungkapan
sederhana saya selaku penulis dengan pandangan sederhana atas semua peristiwa.
Bumiku Indonesia, di tanah ini kita dilahirkan dari berbagai macam latar
belakang.
Sebagai tanda-tanda bumi ini menua
adalah tanda yang berdasarkan informasi keyakinan secara pribadi sebagai
seorang muslim yang mempercayai akan datang nya hari akhir yang disebut dengan
KIAMAT.
“Bekerjalah kamu seakan engkau akan
hidup selamanya dan beribadahlah kamu seakan kamu akan tiada” beragam bentuk
ungkapan yang bersumber dari dasar kepercayaan saya selaku muslim yaitu
Al-Quran dan Hadist menggambarkan manusia memasuki masa dimana bumi telah menua
atau akan mencapai Titik Akhir. Bertabur informasi baik fakta, opini , atau
gosip belaka. Namun, kebenaran sejati yang muncul lahir dan terbentuk dari
manusia yang berpikir. Artinya : manusia yang menggunakan akal dan pikiran nya.
Dalam pelajaran agama islam diajarkan
tentang menjaga hubungan. Pada masa ini kita sering lupa untuk menjaga hubungan
antara sesama manusia.
Kealfaan kita untuk mnejaga hubungan
antara sesama manusia kian terasa dengan perkembangan gadget dan internet. Sejatinya
hal-hal sederhana terlupa untuk kita lakukan seperti bercengkrama dan sekadar
bersalaman. Ucapan apa kabar? Hanya muncul di media sosial. Ajakan kebaikan
hanya berupa himbauan tanpa dilandasi dengan bentuk nyata.
Contohnya saat ini banyak himbauan
kebaikan namun mungkin disampaikan oleh orang yang tidak baik akan menimbulkan
dampak penolakan atas muatan yang disampaikan. Sebaliknya bisa saja ajakan
keburukan dengan bungkus atau wadah yang baik akan diterima perlahan-lahan oleh
manusia lainnya.
Keadaan tersebut juga bisa tergambar
seperti orang yang melempar batu tapi menunjuk/menyalahkan orang lain yang
melakukannya. Dalam kelompok kecil manusia seperti dalam Keluarga. Orang tua yang
membiasakan anaknya dengan fasilitas gadget yang canggih atau memberikan
perhatian bukan interaksi namun menuju ke objek-objek berupa kebendaan akan
memberikan dampak psikologis yang mengarahkan si anak kepada Duniawi atau
materi. Anak tersebut akan menjadi manusia yang individual dan mementingkan
diri sendiri. Bila orang tua anak disalahkan. Ia akan kembali menyalahkan bahwa
dulu ia tidak bahagia/tidak dibahagiakan orang tuanya. Pola ini sebenarnya yang
akan menjadikan kita sebagai sosok yang egois/ tidak bisa disalahkan.
Gambaran diatas juga menggambarkan
Bumi layak untuk lelah ketika tanah nya terus digali, udaranya dicemari, airnya
dikotori, bahkan jantung atau sumber panasnya juga di ambil dari perut bumi.
Semua bencana atau keadaan bumi saat
ini merupakan hasil dari pembentukan pola manusia yang salah (serakah). Penulis
memiliki keterbatasan untuk menguraikan keadaan bumi menua untuk menghindari
pemberian informasi yang tidak berdasar.
Semoga sedikit tulisan di atas membuat
anda pengunjung dan pembaca mencari informasi sebenarnya dan berpikir hal
sederhana apa yang bisa kita berikan untuk menjaga bumi kita yang renta ini.
Untuk yang seiman mari kita jaga hubungan baik dan saling toleransi karena kita
semua bersaudara dan menjaga hubungan baik dengan sesama manusia untuk
menjadikan manusia lainnya baik kepada lingkungannya.
“Kebenaran sejatinya hadir dari
pemahaman yang positif atas sebuah Peristiwa”
Hormat saya,
Penulis
Post a Comment for "Puisi Bumi Menua"
Berkomentarlah Sesuai dengan Artikel di atas. Jangan berkomentar yang mengandung SPAM, SARA, dan Pornografi.