Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menulislah Maka Dirimu Akan Membaca: "Analogi Terbalik Di Bulan Puasa"

Menulislah maka dirimu akan membaca: "analogi terbalik di bulan puasa".

Oleh halley kawistoro
A b c sampai z. Huruf yang dikenalkan kepada anak anak di bangku pendidikan sekolah dasar. Setelah itu, anak anak mulai di ajarkan untuk memegang alat tulis dan menuliskan huruf huruf tersebut.

Semua berbeda untuk saat ini. Bagi orang orang yang dewasa. Tidak tersadar ada pengkotakan tentang membaca dan menulis.

Pengkotakan tersebut terasa seperti pemilihan mana yang lebih dahulu? Menulis atau membaca.
Kian hari, kian ramai. Kalimat kalimat penuh makna muncul dalam ragam beranda media sosial.
Seakan membentuk opini bahwasannya warganet Negeri ini sudah memiliki kemampuan literasi yang tinggi.




Semua bebas menulis semaunya, sesenangnya, sesukanya, sesedihnya, sesusahnya, se antah berantah nya. Serta jangan perlu tanyakan apa tujuan dari tulisan itu? Bisa bisa menimbulkan pro kontra karena semua nya sudah pandai bermain drama.

Menulis kupandang dari cara terbalik kumemandangnya. "menulis maka aku akan membaca" yah itulah yang aku maksudkan.

Salah satu penyebabnya mungkin saat di pendidikan dasar aku kurang tertarik untuk membaca.
Alasan itulah mungkin sama bagi anda yang merasa bingung untuk kapan mulai menulis?
Sebenarnya, tak ada yang salah mengenai hal tersebut tentang menulis dahulu nanti kamu akan membaca.

Kenapa? Iya karena seperti banyak dari kita di bulan puasa berlomba lomba untuk membaca kitab suci. Seperti kata "iqra" bacalah menjadi tahapan utama bagi pemeluk agama Islam.

Bulan puasa atau ramadhan bisa menjadi dasar ilmiah meletakkan urutan kompetensi berbahasa menjadi mendengar, berbicara, menulis dan membaca.

Tidak seperti biasa? Menulis baru membaca. Jadi, banyak dari kita beranggapan membaca lebih mudah ketimbang dari menulis. Seperti sadar akan hidup sebelum mati, sedekah akan membuat kaya, berbuat akan kembali pada diri, tidak makan minum 12 jam menyehatkan, tidur hanya beberapa jam tetap bugar.

Banyak analogi terbalik yang bisa kita baca di bulan puasa ini? Setiap tahun, sepanjang hidup terus terbaca. Tapi sayangnya cuma satu bulan. Selebihnya, terlena oleh 11 bulan yang memabukkan.
Memposisikan membaca dahulu lalu menulis. Menganggap sesuatu dari cara pandang khalayak ramai.

Menerima sesuatu tanpa punya sudut pandang. Menerima untuk di manipulasi huruf huruf, kata kata, kalimat kalimat serta paragraf paragraf dengan terus membaca tanpa perlu tahu makna, tanpa perlu untuk memahami. Tanpa perlu untuk mencari tahu apa yang telah terbaca.

Sesekali, ayok mulailah menulislah sebelum membaca. Biar tahu ada yang perlu di koreksi atau di revisi. Menulis tentang layaknya aksi daripada sibuk membaca diri orang lain. Menulislah dan berusaha daripada membaca dan mengira ngira tentang untung rugi tapi hanya menunggu momen.

Mulai menulis seperti halnya melatih atau memaksakan diri untuk menyadari diri bahwa saat sebuah tulisan selesai. Cara terbaik untuk mengetahui nilai dari tulisan itu adalah dengan membaca nya ulang.

Jika tulisan ini terbaca oleh anda. Ayook mulai menulis apa saja.

Karena aku tahu yang membaca tulisan ini adalah seorang penulis handal di bidang kehidupannya yang terus berkarya.


Selamat untuk anda yang terus menulis dahulu sebelum membaca. Terima kasih. Semoga puasa dahulu setelah itu ibadah puasa kita diterima. 17 April 2021.
Halley Kawistoro
Halley Kawistoro Seorang Tenaga Pengajar di Sekolah Menengah Pertama yang ingin menyalurkan kemampuan di bidang Menulis dan bermanfaat Bagi Orang Lain

Post a Comment for "Menulislah Maka Dirimu Akan Membaca: "Analogi Terbalik Di Bulan Puasa""