Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jenis Jenis Guru Jaman NOW : Selamat HGN Hari Guru Nasional

Selain menjadi muncul istilah november penghujan. Bulan november menjadi saksi perhelatan guru merayakan harinya. Tanggal 25 november ditetapkan menjadi hari guru nasional di Indonesia. Penulis ingin menuangkan ide tentang guru. Bila ada yang kurang berkenan silahkan konfirmasi saya langsung untuk perbaikan media informasi yang saya bagikan melalui blog ini.
Jenis-Jenis Guru PRO jaman ini.
Oleh halley kawistoro.
Sebagai partisipasi saya pribadi selaku guru ingin menuangkan gambaran ragam keadaan guru di sekolah/instansinya saat ini berdasarkan pengamatan/observasi pribadi. Dibawah ini merupakan jenis-jenis guru Pro saat ini. Ada tiga jenis guru pro dengan asumsi yang positif dan istilah guru Pro dengan asumsi negatif. Dengan demikian, tulisan ini bersifat pendapat yang tidak bermaksud untuk membatasi pemahaman anda semua selaku pembaca. Semoga bisa dijadikan perenungan untuk pribadi bagi kita yang berprofesi sebagai GURU.
Guru Pro yang penulis maksud dengan asumsi Positif antara lain ; (1) Guru Profesional, (2) Guru Produktif, (3) Guru Proaktif. Sedangkan guru Pro dengan asumsi negatif adalah ; (1) Guru Provokator dan Guru Proletar.
Berikut uraiannya dibawah ini.
Guru Profesional : istilah guru ini merupakan bentuk penghargaan pemerintah Indonesia terhadap jasa guru. Melalui istilah Profesional guru tersebut merupakan individu pemegang sertifikat pendidik dan berhak menerima tunjangan tambahan berdasarkan kriteria dan persyaratan yang telah diatur untuk tunjangan yang diterima.
Istilah profesional menggambarkan sosok guru ini harusnya menjadi Motor penggerak bagi teman-teman seprofesi minimal dalam pembelajaran pengalaman terhadap rekan sejawat. Guru profesional sebelumnya hanya merupakan guru yang memiliki sertifikat pendidikan. Namun, saat ini pemerintah gencar melaksanakan pembaharuan yang dimulai dari perubahan kurikulum yang sebelum nya KTSP : Kurikulum tingkat satuan Pendidikan Menjadi Kurikulum K13 tahun 2013. Guru profesinal yang penulis maksud saat ini di data kembali dan dibina melalui program peningkatan kompetensi berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru saat ini dengan tantangan yang semakin banyak untuk dihadapi.
Menyandang kata Profesional, guru menjadi terbebani dengan proses administrasi yang seabrek banyaknya. Baik untuk memenuhi persyaratan pemberian tambahan penghasilan maupun administrasi profesinya. Serta, pembaharuan data secara aplikasi yang tak kunjung terintegrasi.
Kata profesional bagi guru juga bisa sekedar sebutan atau sebaliknya layak untuk disandang. Banyak yang mengartikan dan menjadi pendangan yang kurang baik ketika ada guru yang dianggap telah melanggar sebuah aturan walau kecil dan tidak merugikan peserta didik atau instansinya. Guru tersebut langsung dihakimi oleh anggapan. Istilah profesional ini harus menjadikan guru sebagai sosok pahlawan yang dihargai dan memang mendapatkan hak secara profesional juga untuk memenuhi kehidupannya.
Guru Produktif : Istilah guru ini bisa dikategorikan sebagai kelompok guru yang berpotensi memiliki peran penting di wadah tempat ia bernaung dan berprofesi sebagai guru. Produktif tentu memiliki makna ‘menghasilkan’ yang berarti guru tersebut bisa berinovasi dengan keadaan dan tantangan yang dihadapinya di sekolah.
Guru ini mampu beradaptasi dengan masalah dan keadaan di sekolah. Ia akan mampu menemukan sarana terbaik untuk menyampaikan pengetahuan nya melalui hal-hal yang ditemui di sekitarnya. Contohnya, bila ada kasus keadaan tidak ada media atau sarana dalam pembelajaran guru ini bisa menjadi model langsung untuk peserta didiknya atau bisa juga ia membuat alat peraga untuk membantu pembelajaran di sekolahnya.
Guru Proaktif : istilah ini dapat disematkan bagi rekan-rekan guru yang mampu berperan untuk membantu menghadapi segala tantangan yang muncul dan berkembang. Menyelesaikan nya melalui komunikasi yang baik dan terarah sehingga kehadirannya menjadi penting bagi warga sekolah.
Proaktif juga bisa ditandai dengan kepedulian seorang individu (guru) untuk berganti peran bila dibutuhkan. Bisa menjadi orang tua, sahabat, motivator bahkan menjadi teman bagi peserta didiknya. Tidak hanya itu, guru seperti ini juga mampu menjadi sahabat, rekan, penasehat bahkan menerima menjadi posisi terendah dalam kelompok sejawat dan atasannya demi mensukseskan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya.
Tiga istilah diatas hanya gambaran kecil untuk anda pembaca yang berprofesi sebagai guru dengan harapan yang terpenuhi melalui Peningkatan kompetensi baik secara individu atau berkelompok.
Setelah tiga istilah di atas, ada dua sebutan bagi guru yang memiliki pengaruh sebaliknya dalam lingkungan dan instansinya. Yaitu; (1) Guru menjadi Provokator dan Guru merasa Proletar. Sebelumnya saya tidak menyandingkan kata tersebut. Seperti yang diatas. Penambahan kata diantara dua kata tersebut untuk memberikan makna yang berbeda dengan pemahaman secara bahasa.
Guru Menjadi Provokator adalah ketika profesinya sudah dianggap untuk mencapai kepentingan individual menguntungkan diri sendiri. Sosok seperti ini, bisa menjadi momok dalam lingkungan kerja. Provokator tentu diasumsikan ke hal yang negatif. Walau terkadang, ada kebaikan terselip didalamnya. Kegiatan provokasi yang dilakukan oleh pribadi yang merasa dirugikan atau untuk mencapai kepentingan nya. Bisa saja dia pribadi seperti ini menjelekan rekan sejawat, mencari kambing hitam atas kesalahan yang diperbuat dan selalu menuntut hak yang tak berdasar.
Kegiatan yang dilakukan berupa provokasi ini juga bisa menodai gelar seorang guru. Hendaknya kita menghilangkan jiwa seperti ini dengan menjadi guru yang sederhana dan bertanggung jawab atas pekerjaan, berjiwa besar atas kegagalan, dan mengakui kelemahan untuk memperbaiki diri dimasa yang akan datang.
Guru merasa Proletar juga saat ini bermunculan dimana profesi guru dianggap pekerjaan kelas bawah yang diukur dengan penghasilan yang dibawa. Berbeda halnya, dengan masa lalu. Seorang guru memiliki jiwa pahlawan dengan penyandingan gelar “pahlawan tanpa tanda jasa”. Gelar tersebut seakan telah sirna dengan munculnya sosok-sosok proletar yang merasa kurang dengan apa yang dibawa ke rumah. Pekerjaan diukur dengan hasil yang dibawa. Mempertanyakan status masa depannya.
Jiwa proletar pun muncul dengan segala pandangan negatif dari masyarakat yang beranggapan profesi guru menjanjikan dengan program sertifikasi guru. Padahal, belum menjangkau ke semua lini. Belum lagi, munculnya pemisahan instansi (sekolah) dibawah naungan yayasan dan kementerian agama. Perlunya satu integrasi jabatan guru di bawah komando kemdikbud dan penghasilan yang dibawa pulang pun merata berasas keadilan. Dengan dasar layak untuk penghidupan seorang guru.
Dua sebutan ini tidak menjadikan guru sebagai sosok yang lemah. Sosok-sosok seperti ini muncul karena keadaan dimana ada kesenjangan yang tidak kasat mata. Sebenarnya tidak hanya dalam profesi guru saja. Dunia kerja lainnya juga muncul sosok seperti yang penulis sebutkan di atas dengan latar masalah yang berbeda.
Tulisan ini hanya opini yang saya tulis berdasar pengalaman. Sehingga, bila ada yang janggal dan kurang berkenan. Silakan beri saran dan kritik pembaca di kolom komentar. Semoga guru selalu menjadi Pahlawan tanpa tanda jasa yang tak perlu mengenang jasanya. Namun selalu dikenang hadirnya dengan segala jasa yang diberikan kepada peserta didiknya.
Akhir kata “ sebilah pisau gagangnya patah, maafkanlah daku bila ada salah”

Hormat saya

Penulis.
Halley Kawistoro
Halley Kawistoro Seorang Tenaga Pengajar di Sekolah Menengah Pertama yang ingin menyalurkan kemampuan di bidang Menulis dan bermanfaat Bagi Orang Lain

Post a Comment for "Jenis Jenis Guru Jaman NOW : Selamat HGN Hari Guru Nasional"